Three Question

•March 27, 2009 • Leave a Comment

Ada seorang pemuda yang lama sekolah di negeri Sam kembali ke tanah air. Sesampainya di rumah ia meminta kepada orang tuanya untuk mencari seorang Guru agama, siapapun yang boleh menjawab 3 pertanyaannya. Akhirnya Orang tua pemuda itu mendapatkan orang tersebut.

“Anda siapa? Dan apakah boleh anda menjawab pertanyaan-pertanyaan saya?” Pemuda bertanya. “Saya hamba Allah dan dengan izin-Nya saya akan menjawab pertanyaan saudara.” Jawab Guru Agama. “Anda yakin? sedang Profesor dan banyak orang pintar saja tidak mampu menjawab pertanyaan saya.” Jawab Guru Agama “Saya akan mencuba sejauh kemampuan saya”

Pemuda : “Saya punya 3 pertanyaan;

1. Kalau memang Tuhan itu ada, tunjukan kewujudan Tuhan kepada saya
2. Apakah yang dimaksudkan dengan takdir?
3. Kalau syaitan diciptakan dari api kenapa dimasukan ke neraka yang dibuat dari api?, tentu tidak menyakitkan buat syaitan, sebab mereka memiliki unsur yang sama.

Apakah Tuhan tidak pernah berfikir sejauh itu?”

Tiba-tiba Guru Agama tersebut menampar pipi si Pemuda dengan kuat. Sambil menahan kesakitan pemuda berkata “Kenapa anda marah kepada saya?” Jawab Guru Agama “Saya tidak marah… Tamparan itu adalah jawapan saya kepada 3 pertanyaan yang anda ajukan kepada saya”.

“Saya sungguh-sungguh tidak faham”, kata pemuda itu. Guru Agama bertanya “Bagaimana rasanya tamparan saya?”. “Tentu saja saya merasakan sakit”, jawab beliau. Guru Agama bertanya ” Jadi anda percaya bahawa sakit itu ada?”. Pemuda itu mengangguk tanda percaya. Guru Agama bertanya lagi, “Tunjukan pada saya wujud sakit itu!” “ Tak boleh”, jawap pemuda. “Itulah jawapan pertanyaan pertama: kita semua merasakan kewujudan Tuhan tanpa mampu melihat wujudnya.” Terang Guru Agama.

Guru Agama bertanya lagi, “Apakah tadi malam anda bermimpi akan ditampar oleh saya?”. “Tidak” jawab pemuda. “Apakah pernah terfikir oleh anda akan menerima sebuah tamparan dari saya hari ini?” “Tidak” jawab pemuda. “Itulah yang dinamakan Takdir” Terang Guru Agama.

Guru Agama bertanya lagi, “Diperbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar anda?”. “kulit”. Jawab pemuda. “Pipi anda diperbuat dari apa?” “ Kulit “ Jawab pemuda. “Bagaimana rasanya tamparan saya?”. “Sakit.” Jawab pemuda. “Walaupun Syaitan terbuat dari api dan Neraka terbuat dari api, jika Tuhan berkehendak maka Neraka akan menjadi tempat menyakitkan untuk syaitan.” Terang Guru Agama.

Karakteristik senyawa dalam Pembuatan Urea dan Reaksi

•March 25, 2009 • 6 Comments

Karakteristik senyawa pembuatan Urea

Bahan dasar pembuatan urea adalah amoniak (NH3) dan Karbondioksida (CO2). Karbondioksida dihasilkan dari hasil sampingan dari Unit Amoniak.

Beberapa kegunaan dari urea adalah:

· Pupuk Tanaman

· Bahan dasar Melamine

· Urea Formal Dehyde Consentrate

· Nutrisi untuk binatang mamalia

Beberapa sifat sifat Urea, Amoniak, dan Karbondioksida

1. Sifat-sifat dan kenampakan Urea (NH2CONH­2)

Urea berupa kristal berwarna putih, tidak mudah terbakar, menghantarkan listrik dan sifat fisis sebagai berikut:

o Densitas (padat pada suhu 20o C) : 1335 kg/m3

o Titik lebur : 132,6o C

o Spesific heat (lebur) : 126 J/mol/ o C

o Panas peleburan (titik lebur) : 13,6 kJ/mol

o Berat Molekul : 60,056


2. Sifat-sifat  Amoniak (NH3)

Dibawah tekanan tertentu amoniak berupa cairan, berbau yang spesifik, uap amoniak lebih ringan dari pada udara, dapat meledak, pada kondisi tertentu bersifat mudah terbakar, larut dalam air dengan reaksi yang eksotermis, dan sifat fisis sebagai berikut:

o Densitas (cair, 20 Kg/cm2 250 C ) : 603 kg/m3

o Titik lebur : -78o C

o Titik didih : -33o C

o Titik bakar : 650o C

o Batas explosive : ( diudara )

Bawah : 15 vol % NH3

Atas : 28 vol % NH3

o Berat molekul : 17,3

3. Sifat-sifat Karbondioksida (CO2)

Karbondioksida adalah gas yang tidak bewarna, tidak berbau, tidak mudah meledak, dan tidak mudah terbakar, lebih berat dari pada udara dan mempunyai sifat fisis sebagai berikut :

o Densitas ( gas, 1 kg/cm2, 25oC ) : 1800 kg/cm3

o Triple point : 57oC dan 5,1 atm

o Titik kritis : 31o C dan 72,8 atm

o Berat molekul : 44,01

Dasar Reaksi

Reaksi pembuatan urea (NH2CONH2) terdiri atas dua tingkat yaitu reaksi pembentukan Ammonium Karbamat (NH2COONH4) dan reaksi penguraian Ammonium Karbamat menjadi urea dan air. Ammonium Karbamat dibuat dari Amoniak (NH3) dan Karbondioksida (CO2) menurut reaksi sebagai berikut:

2NH3 + CO2 = NH2COONH4 DH298 = -28,5 kkal/mol …..(1)

Reaksi ini merupakan reaksi eksotermis yang berlangsung cepat (mengeluarkan panas dan kesetimbangan karbamat cepat tercapai). Dalam fase cair Ammonium Karbamat akan didehidrasi menjadi Urea dan Air. Reaksi penguraian Ammonium Karbamat bersifat endotermis (membutuhkan panas) dan berlangsung lebih lambat.

H2COONH4 = NH2CONH2 + H2O Delta H298 = 3 – 6 kkal/mol ….(2)

Panas reaksi yang dibutuhkan reaksi (2) dapat dipenuhi dari sebagian panas yang dihasilkan reaksi (1).

Selama pembentukan urea, terjadi reaksi samping yaitu pembentukan Biuret dengan reaksi sebagai berikut :

2NH2CONH2 = NH2CONHCONH2 + NH3 Delta H298= 4.28 kkal/mol …(3)

Reaksi ini berlangsung lambat dan memerlukan panas (endoterm). Dari persamaan reaksi tersebut jelas bahwa Biuret cenderung terjadi pada konsentrasi Urea yang tinggi, konsentrasi NH3 yang rendah, waktu tinggal lama dan suhu tinggi. Biuret tak diinginkan karena merupakan racun bagi tanaman.

KISAH LIMA PERKARA YANG ANEH

•March 25, 2009 • 1 Comment

Abu Laits as-Samarqandi adalah seorang ahli fiqh yang masyur. Suatu ketika dia pernah berkata, ayahku menceritakan bahawa antara Nabi-nabi yang bukan Rasul ada menerima wahyu dalam bentuk mimpi dan ada yang hanya mendengar suara.
Maka salah seorang Nabi yang menerima wahyu melalui mimpi itu, pada suatu malam bermimpi diperintahkan yang berbunyi, “Esok engkau dikehendaki keluar dari rumah pada waktu pagi menghala ke barat. Engkau dikehendaki berbuat, pertama; apa yang negkau lihat (hadapi) maka makanlah, kedua; engkau sembunyikan, ketiga; engkau terimalah, keempat; jangan engkau putuskan harapan, yang kelima; larilah engkau daripadanya.”

Pada keesokan harinya, Nabi itu pun keluar dari rumahnya menuju ke barat dan kebetulan yang pertama dihadapinya ialah sebuah bukit besar berwarna hitam. Nabi itu kebingungan sambil berkata, “Aku diperintahkan memakan pertama aku hadapi, tapi sungguh aneh sesuatu yang mustahil yang tidak dapat dilaksanakan.”
Maka Nabi itu terus berjalan menuju ke bukit itu dengan hasrat untuk memakannya. Ketika dia menghampirinya, tiba-tiba bukit itu mengecilkan diri sehingga menjadi sebesar buku roti. Maka Nabi itu pun mengambilnya lalu disuapkan ke mulutnya. Bila ditelan terasa sungguh manis bagaikan madu. Dia pun mengucapkan syukur ‘Alhamdulillah’.

Kemudian Nabi itu meneruskan perjalanannya lalu bertemu pula dengan sebuah mangkuk emas. Dia teringat akan arahan mimpinya supaya disembunyikan, lantas Nabi itu pun menggali sebuah lubang lalu ditanamkan mangkuk emas itu, kemudian ditinggalkannya. Tiba-tiba mangkuk emas itu terkeluar semula. Nabi itu pun menanamkannya semula sehingga tiga kali berturut-turut.
Maka berkatalah Nabi itu, “Aku telah melaksanakan perintahmu.” Lalu dia pun meneruskan perjalanannya tanpa disedari oleh Nabi itu yang mangkuk emas itu terkeluar semula dari tempat ia ditanam.

Ketika dia sedang berjalan, tiba-tiba dia ternampak seekor burung helang sedang mengejar seekor burung kecil. Kemudian terdengarlah burung kecil itu berkata, “Wahai Nabi Allah, tolonglah aku.”
Mendengar rayuan burung itu, hatinya merasa simpati lalu dia pun mengambil burung itu dan dimasukkan ke dalam bajunya. Melihatkan keadaan itu, lantas burung helang itu pun datang menghampiri Nabi itu sambil berkata, “Wahai Nabi Allah, aku sangat lapar dan aku mengejar burung itu sejak pagi tadi. Oleh itu janganlah engkau patahkan harapanku dari rezekiku.”

Nabi itu teringatkan pesanan arahan dalam mimpinya yang keempat, iaitu tidak boleh putuskan harapan. Dia menjadi kebingungan untuk menyelesaikan perkara itu. Akhirnya dia membuat keputusan untuk mengambil pedangnya lalu memotong sedikit daging pehanya dan diberikan kepada helang itu. Setelah mendapat daging itu, helang pun terbang dan burung kecil tadi dilepaskan dari dalam bajunya.
Selepas kejadian itu, Nabi meneruskan perjalannya. Tidak lama kemudian dia bertemu dengan satu bangkai yang amat busuk baunya, maka dia pun bergegas lari dari situ kerana tidak tahan menghidu bau yang menyakitkan hidungnya. Setelah menemui kelima-lima peristiwa itu, maka kembalilah Nabi ke rumahnya. Pada malam itu, Nabi pun berdoa. Dalam doanya dia berkata, “Ya Allah, aku telah pun melaksanakan perintah-Mu sebagaimana yang diberitahu di dalam mimpiku, maka jelaskanlah kepadaku erti semuanya ini.”

Dalam mimpi beliau telah diberitahu oleh Allah S.W.T. bahawa, “Yang pertama engkau makan itu ialah marah. Pada mulanya nampak besar seperti bukittetapi pada akhirnya jika bersabar dan dapat mengawal serta menahannya, maka marah itu pun akan menjadi lebih manis daripada madu.
Kedua; semua amal kebaikan (budi), walaupun disembunyikan, maka ia tetap akan nampak jua. Ketiga; jika sudah menerima amanah seseorang, maka janganlah kamu khianat kepadanya. Keempat; jika orang meminta kepadamu, maka usahakanlah untuknya demi membantu kepadanya meskipun kau sendiri berhajat. Kelima; bau yang busuk itu ialah ghibah (menceritakan hal seseorang). Maka larilah dari orang-orang yang sedang duduk berkumpul membuat ghibah.”

Saudara-saudaraku, kelima-lima kisah ini hendaklah kita semaikan dalam diri kita, sebab kelima-lima perkara ini sentiasa sahaja berlaku dalam kehidupan kita sehari-hari. Perkara yang tidak dapat kita elakkan setiap hari ialah mengata hal orang, memang menjadi tabiat seseorang itu suka mengata hal orang lain. Haruslah kita ingat bahawa kata-mengata hal seseorang itu akan menghilangkan pahala kita, sebab ada sebuah hadis mengatakan di akhirat nanti ada seorang hamba Allah akan terkejut melihat pahala yang tidak pernah dikerjakannya. Lalu dia bertanya, “Wahai Allah, sesungguhnya pahala yang Kamu berikan ini tidak pernah aku kerjakan di dunia dulu.”

Maka berkata Allah S.W.T., “Ini adalah pahala orang yang mengata-ngata tentang dirimu.” Dengan ini haruslah kita sedar bahawa walaupun apa yang kita kata itu memang benar, tetapi kata-mengata itu akan merugikan diri kita sendiri. Oleh kerana itu, hendaklah kita jangan mengata hal orang walaupun ia benar.